Get Gifs at CodemySpace.com

Hubungi Saya

_cAt_ciL_

_rIecHa_z0nE_

Foto saya
..I,m sEnsitiv.. ..I'm r0mantic.. ..I'm ar0gant.. ..I'm eg0ist.. ..bUt I'm fRiendLy...

Search

paradise_time

HIT COUNTER

hit counters

Kategori

Pengikut

Minggu, 11 Desember 2011

proposal PTK

  Judul Penelitian
Implementasi Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di Kelas IV SD No. 1 Anturan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

  Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No.20 tahun 2003). Berbagai usaha dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi diri peserta didik. Beberapa diantaranya adalah usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, yang merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri siswa. Kualitas potensi diri dicerminkan dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Menciptakan SDM berkualitas adalah tujuan dari pencapaian mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung.
Di dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik, interaksi antar peserta didik memiliki peranan yang sentral dan juga merupakan penunjang keberhasilan dalam pembelajaran di semua aspek bidang studi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Lie (2007:12) yaitu “siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru”. Dalam hal ini tidak dipungkiri bahwa terjadinya interaksi antar peserta didik dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran secara efektif di semua aspek bidang studi. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (UU No.20 tahun 2003). Perubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik tidak lepas dari kreativitas guru itu sendiri. Secara garis besar pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut kreativitas guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar (Mulyasa, 2004). Untuk itu, kegiatan pembelajaran hendaknya dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai dengan kebutuhan hidup peserta didik dan lingkungan hidup di mana mereka berada. Oleh karena itu, permasalahan pendidikan akan selalu berkembang sesuai dengan cara hidup dan kebutuhan masyarakat tempat mereka berada. Hal ini disebabkan karena manusia pada hakikatnya akan selalu berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan dan kebutuhannya yang semakin kompleks. Untuk itu, diperlukan adanya inovasi yang sesuai dengan dinamika kehidupan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan akan kebutuhan manusia yang semakin kompleks.
Salah satu bidang studi yang mengikuti alur dinamika kehidupan manusia dan adanya kemajuan ilmu pengetahuan akan kebutuhan manusia adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis tetapi juga berhubungan dengan kehidupan makhluk hidup yang berkaitan dengan alam, sehingga IPA tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga menekankan pada proses penemuan dari fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tersebut (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, IPA sangat penting ditanamkan pada diri peserta didik.
Tujuan pembelajaran IPA salah satunya dimaksudkan agar dapat dijadikan wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, pembelajaran IPA dituntut untuk dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam kecakapan hidup. Namun pada kenyataan di SD, pembelajaran IPA hanya sebatas pada proses mentrasfer informasi dari guru kepada peserta didik. Pada proses mentransfer informasi, guru lebih banyak aktif dalam penyampaian konsep, sedangkan peserta didik hanya pasif mendengarkan apa yang dijelaskan guru. Oleh karena itu, sebagian besar peserta didik akan cepat merasa bosan, kurang memahami materi yang dijelaskan dan akhirnya peserta didik akan merasa malas untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Melihat hal tersebut, banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. Mereka telah membagi para siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kelompok. Namun, guru-guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan-kegiatan ini tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka, malah memboroskan waktu dengan bermain, berguarau, dan sebagainya. Para siswa pun mengeluh tidak bisa bekerja sama dengan efektif dalam kelompok. Siswa-siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaian kurang adil, sedangkan siswa yang kurang rajin merasa minder bekerja sama dengan teman-temannya yang lebih mampu. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi tidak berlangsung secara efektif dan efesien dan berujung pada rendahnya hasil belajar peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SD No. 1 Anturan dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV yaitu Ni Kadek Juliasih Dewi, A.Ma.Pd ditemukan bahwa konsep pembelajaran IPA belum dikuasai secara optimal oleh peserta didik. Hal ini tercermin dari masih banyaknya siswa yang harus menempuh program remidial untuk mencapai ketuntasan hasil belajarnya. Berdasarkan penuturan guru, hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran IPA di kelas IV adalah kurangnya perhatian siswa pada saat guru menjelaskan, rendahnya daya tangkap siswa terhadap penjelasan guru, dan bahkan terdapat beberapa siswa yang kurang termotivasi untuk belajar IPA, padahal guru sudah menggunakan metode diskusi kelompok.
Berkaitan hal tersebut di atas, guru dituntut untuk memiliki strategi mengajar yang lebih bervariasi agar peserta didik dapat belajar dengan lebih aktif dan efektif, serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Lie (2007:8) yaitu “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning. Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan siswa perlu dihargai. Namun, para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan pemikiran, dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal”.
Salah satu model dan teknik pembelajaran inovatif yang cocok untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA adalah Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray yang dikombinasikan dengan teknik Kancing Gemerincing. Model dan teknik pembelajaran ini merupakan salah satu bentuk dari Pembelajaran Kooperatif yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna pada diri peserta didik.
Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray dengan teknik Kancing Gemerincing digunakan dalam penelitian ini, karena model pembelajaran dan teknik ini dapat melatih kerjasama antar peserta didik sehingga mereka lebih aktif dalam belajar dan dapat memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran dan teknik ini menekankan pada proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dan bermakna dalam mengembangkan pola berpikirnya (penalarannya).
            Model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dan teknik Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sedangkan, dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Penggunaan teknik Kancing Gemerincing ini dalam penerapan model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
            Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka diajukan proposal penelitian yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di Kelas IV SDN No. 1 Anturan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng”.






2 komentar:

Anonim mengatakan...

kalo proposal PTK buat anak informatika apa ya cocoknya???

riecha mengatakan...

menurut saya klo bwt ptk utk ank informatika mending bwt implementasi model pmbljran. . . . berbantuan media visual utk meningkatkan. . . . pd siswa kls. . . . di SD. . .

s(º∇º)v thx coment'a..

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Scrapping elementos: Deliciouscraps©